Sriwijayapost.com, 28 Desember 2025 – Selamat datang di berita terkini pertambangan! Setelah Freeport Kuasai Tambang Tembaga dan Emas, Amerika Serikat kini incar cadangan nikel Indonesia yang strategis untuk baterai EV.
Oleh karena itu, perusahaan AS aktif negosiasi akuisisi saham di proyek nikel Sulawesi dan Maluku. Selain itu, langkah ini bagian dari strategi supply chain mineral kritis bebas dominasi China. Mari kita ulas perkembangan terbaru secara detail!

Baca Juga
Pertama-tama, PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi kuasai 61% saham tambang Grasberg pasca perpanjangan IUPK 2041. Kemudian, produksi tembaga dan emas tetap dominan dunia. Lebih lanjut, kesuksesan ini jadi blueprint bagi perusahaan AS lain. Oleh karena itu, fokus beralih ke nikel sebagai mineral masa depan.
Sekarang, Tesla milik Elon Musk negosiasi kontrak jangka panjang dengan smelter nikel di Morowali. Selanjutnya, perusahaan seperti Albemarle dan Livent (kini Arcadium Lithium) incar saham di proyek HPAL Weda Bay. Kemudian, rumor kuat Ford dan GM ikut tender akuisisi blok nikel Halmahera. Lebih lanjut, pemerintah AS dorong via Inflation Reduction Act (IRA) agar sumber nikel masuk tax credit EV.
Baca Juga
Demo di Aceh Berujung Ricuh: Anggota DPR Minta Tahan Diri, TNI Jelaskan Situasi
Selanjutnya, Indonesia terapkan hilirisasi wajib, larang ekspor bijih nikel sejak 2020. Oleh karena itu, perusahaan AS harus bangun smelter lokal atau joint venture. Selain itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif tekankan transfer teknologi dan tenaga kerja lokal prioritas.
Akhirnya, jika deal terealisasi, AS kurangi ketergantungan nikel dari China yang kuasai 70% pasar global. Singkatnya, setelah Freeport kuasai tambang tembaga dan emas, AS incar nikel jadi langkah strategis baru di sektor mineral Indonesia!
Baca Juga: Nataru 2026: Demi Misa Natal, Satu Keluarga di Aceh Tengah Berjuang Menembus Titik Longsor











