Sriwijayapost.com, Jakarta, 22 September 2025 – Keracunan massal akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) berulang di berbagai daerah, dengan 5.626 kasus hingga September 2025 di 17 provinsi. Pertama-tama, program andalan Presiden Prabowo Subianto yang anggarannya Rp71 triliun ini menuai kritik karena korban utama anak sekolah.
Selanjutnya, kasus terbaru di Kabupaten Banggai Kepulauan (157 siswa) dan Baubau (puluhan siswa) bikin orang tua trauma. Kemudian, Lembaga seperti JPPI dan CISDI desak moratorium dan evaluasi. Oleh karena itu, artikel ini ungkap kronologi dan tuntutan.

Baca Juga
5 Prompt Gemini AI 2025: Foto Diri Nyata dan Viral!
Pertama-tama, sejak diluncurkan 6 Januari 2025, MBG catat 5.626 kasus keracunan di 17 provinsi. Selanjutnya, korban mencapai 1.530 anak di 19 kasus awal. Kemudian, kasus terbaru di Baubau (SE Sulawesi) pada 16 September 2025, siswa mual setelah bau tidak sedap dari makanan. Dengan demikian, orang tua larang anak konsumsi MBG.
Kedua, JPPI desak moratorium program MBG. Selanjutnya, CISDI sebut ambisi pemerintah gagal, dengan 5.360 korban hingga September. Kemudian, Komisi IX DPR usul kelola MBG oleh sekolah untuk higienitas.
Baca Juga
Sirine ‘Tok Tok Wuk Wuk’ Dihentikan Sementara, Pengawalan Pejabat Tetap Jalan!
“Kasus keracunan terus berulang, moratorium dan evaluasi menyeluruh diperlukan,” kata Diah Saminarsih, CEO CISDI.
Ketiga, korban seperti di Lebong (446 siswa) dan Baubau alami muntah dan mual. Selanjutnya, BGN klaim serapan anggaran 18,6% tapi 22 juta penerima. Kemudian, Menko Sekretaris Negara Prasetyo Hadi janji sanksi SPPG lalai. Dengan kata lain, reshuffle kabinet tambah wakil BGN untuk tangani kasus. Akibatnya, harap program diperbaiki atau dihentikan!
Akhirnya, keracunan MBG berulang tuntut aksi pemerintah. Oleh karena itu, moratorium jadi solusi darurat!
Baca Juga : Pemprov Sumsel Gelar Pasar Murah: Wagub Cik Ujang Tekan Inflasi dengan Harga Sembako Diskon!