HiburanSriwijayapost

4 Perusahaan Besar yang Pernah Berjaya, Namun Bangkrut di Indonesia

21
×

4 Perusahaan Besar yang Pernah Berjaya, Namun Bangkrut di Indonesia

Share this article
4 Perusahaan Besar yang Pernah Berjaya, Namun Bangkrut di Indonesia
4 Perusahaan Besar yang Pernah Berjaya, Namun Bangkrut di Indonesia

Sriwijayapost.com – Tidak ada yang abadi, termasuk kejayaan perusahaan besar. Di Indonesia, beberapa perusahaan besar yang pernah menjadi ikon di industrinya akhirnya harus menyerah pada kerasnya persaingan pasar dan tantangan internal. Berikut adalah empat perusahaan terkenal yang pernah berjaya namun akhirnya bangkrut atau kehilangan daya saing di Indonesia.


1. Matahari Putra Prima (MPPA) – Hypermart

Kejayaan:
Matahari Putra Prima, melalui jaringan Hypermart, pernah menjadi salah satu pemain utama di industri ritel modern Indonesia. Dengan ratusan gerai yang tersebar di berbagai kota, Hypermart menjadi tempat belanja favorit masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

Penyebab Penurunan:

  • Persaingan Ketat: Munculnya minimarket seperti Alfamart dan Indomaret yang lebih praktis dan terjangkau menggusur posisi Hypermart.
  • Kesalahan Strategi Ekspansi: Ekspansi besar-besaran tanpa mempertimbangkan efisiensi operasional memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
  • Pandemi COVID-19: Pembatasan aktivitas selama pandemi menurunkan jumlah pelanggan di toko fisik.
    Hypermart kini mengalami restrukturisasi besar-besaran, menutup banyak gerai untuk bertahan di tengah tekanan pasar.

2. Blitzmegaplex

Kejayaan:
Blitzmegaplex, yang kini dikenal sebagai CGV Cinemas, pernah menjadi pesaing utama XXI. Dengan konsep bioskop modern yang menawarkan pengalaman premium, seperti teater IMAX dan konsep bioskop butik, Blitz sempat menjadi pilihan alternatif bagi para penonton film.

Penyebab Penurunan:

  • Regulasi yang Menghambat: Pada awal operasinya, Blitz menghadapi larangan ekspansi karena persaingan bisnis yang tidak sehat.
  • Keterbatasan Lokasi: Blitz hanya hadir di beberapa kota besar, sehingga kalah bersaing dengan XXI yang lebih tersebar.
  • Strategi Kompetitor: XXI memperkuat dominasinya dengan harga tiket kompetitif dan jaringan bioskop yang luas.
    Meskipun kini rebranding menjadi CGV Cinemas setelah diakuisisi oleh CJ Group Korea Selatan, nama Blitzmegaplex sendiri sudah tidak digunakan lagi.

3. Merpati Nusantara Airlines

Kejayaan:
Merpati Nusantara Airlines adalah maskapai milik negara yang pernah menjadi salah satu pemain utama di dunia penerbangan Indonesia. Maskapai ini dikenal karena melayani rute-rute terpencil yang tidak dijangkau maskapai lain, memberikan kontribusi besar bagi konektivitas nasional.

Penyebab Kebangkrutan:

  • Masalah Keuangan Kronis: Kerugian besar akibat biaya operasional tinggi, manajemen yang buruk, dan utang yang menumpuk.
  • Persaingan Ketat: Maskapai seperti Lion Air dan AirAsia menguasai pasar domestik dengan harga tiket lebih terjangkau dan armada yang lebih modern.
  • Armada Usang: Pesawat tua membuat operasional Merpati tidak efisien dan menurunkan kepercayaan pelanggan.
    Pada 2014, Merpati menghentikan operasionalnya. Upaya untuk menghidupkan kembali maskapai ini hingga kini belum membuahkan hasil.

4. 7-Eleven (Sevel) Indonesia

Kejayaan:
7-Eleven atau Sevel menjadi fenomena di Indonesia pada awal 2010-an. Dengan konsep toko serba ada yang menyediakan tempat nongkrong nyaman, Sevel menjadi favorit anak muda di kota besar seperti Jakarta.

Penyebab Kebangkrutan:

  • Fokus yang Salah: Sevel lebih menekankan pada gaya hidup daripada kebutuhan pokok, membuatnya kalah bersaing dengan minimarket seperti Alfamart dan Indomaret.
  • Regulasi Baru: Larangan penjualan alkohol di minimarket mengurangi pendapatan Sevel, karena produk ini menjadi salah satu andalan penjualan mereka.
  • Persaingan Harga: Harga produk di Sevel lebih mahal dibandingkan kompetitor, membuat pelanggan beralih ke toko yang lebih murah.
    Pada 2017, seluruh gerai Sevel di Indonesia ditutup setelah gagal bersaing dan menghadapi kerugian besar.

Kesimpulan

Empat perusahaan besar ini menjadi bukti bahwa kejayaan tidak selamanya bertahan, terutama jika perusahaan gagal beradaptasi dengan perubahan pasar. Baik karena kesalahan strategi, perubahan regulasi, atau persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan ini menghadapi tantangan yang sulit diatasi.

Bagi para pelaku bisnis, kisah ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya inovasi, adaptasi, dan manajemen yang efisien untuk bertahan di dunia usaha yang kompetitif. Sebagai konsumen, kita diingatkan untuk tidak hanya melihat kesuksesan perusahaan saat ini, tetapi juga bagaimana mereka menghadapi tantangan di masa depan.